Sabtu, 06 Desember 2014

Droopy Milenium ke-3

Saat itu jiwaku tengah terbang, berkelana jauh mencari di mana sejatinya tubuhku berada. Aku berteriak menyayat hati, tapi yang terjadi tidak ada yang mendengar. Mereka yang ada di sekitarku, yang terlihat peduli justru tidak menyadari perubahan sifatku saat itu. Aku sedih, ternyata teman yang aku anggap sahabat selama ini hanya sebuah kiasan saja. Sungguh ironi. Aku menangis dalam senyuman, tidak ada yang meyadari. Karena memang aku terlahir sebagai sosok yang ceria tanpa beban dan selalu ringan dalam berkata. Hah... aku menangis setiap malam tiba, ya menangis tapi lagi-lagi tidak ada yang mengetahui. Aku pintar bertipu daya. Begitulah diriku.

Waktu berjalan, aku masih saja konflik batin dengan diriku sendiri empat bulan lamanya. Tanpa sadar Ujian Nasional akan aku tempuh. Ujian Nasional terasa seperti ujian paling berat dari-Nya, aku mendadak mendekatkan diri seperti yang dilakukan teman seperjuanganku kebanyakan. Mungkin jika Dia itu adalah manusia biasa, pastilah Dia sudah berkeluh kesah dan bertanya-tanya dalam hati "Kenapa mereka hanya datang disaat perlu?" tapi bersyukurlah aku, Tuhanku Maha Pemaaf dan Maha Penyayang jika Tuhanku bukan Maha Pemaaf mungkin aku sudah ditendang menjadi hambanya setelah apa yang ku perbuat empat bulan yang lalu tanpa pikir panjang itu. Mungkin saja. 

Di sinilah aku memulainya dari awal, aku menemukan buku baru yang masih bersih. Aku bolak-balik halamannya yang masih kosong. Buku yang diberikan melalui perantara Droopy yang tentunya adalah titipan dari Tuhan. Tanpa sengaja aku menemukan sosok Droopy dalam dunia nyata. Droopy dengan segala kelebihannya itu hadir dalam hidupku. Aku menemukan dia di dunia nyata. Siapa yang percaya? Tidak ada.

 
sumber : http://iheartcartoons.com/wp-content/uploads/2012/09/headerdroopy.jpg

Namun aku mengalami masalah di sini, bagaimana aku menggunakan buku itu secara maksimal. Aku takut mengulangi kesalahan yang sama seperti yang telah aku perbuat dengan buku lamaku. Aku tidak boleh bertindak bodoh dan ceroboh untuk kedua kalinya agar buku baruku tidak bernasib sama dengan buku lamaku yang telah kubuang jauh-jauh itu. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari Droopy yang dikirim Tuhan untuk memberikan buku baru itu kepadaku. Ternyata benar, Droopy tahu cara menggunakan buku baru itu. Aku beranikan diri untuk meminta bantuan padanya, tak disangka Droopy menyambut baik dan dengan senang hati mengajariku mengisi buku baru itu.

Sekarang buku baru itu telah aku gunakan, aku mengisinya dengan dibimbing Droopy-ku. Terimakasih Tuhan atas semua yang telah kau berikan, kesempatan kedua yang tak akan kusia-siakan. Namun Droopy sudah tidak perhatian seperti dulu, perhatian dia terhadapku sedikit berkurang bahkan lebih cenderung mengalami perubahan. Tak apa, mungkin dia memiliki tugas baru amanah dari Tuhan yang harus dia selesaikan. Terimakasih Droopy, dua kata yang hanya bisa aku ucapkan untuk semua kebaikan yang telah kau curahkan selama ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar