Senin, 09 Desember 2013

DPR Seharga 1 Milyar

Siapapun tak bisa membantah ataupun mengelak kalau ditanya soal cita-cita pada masa kecil dulu, pasti sebagian besar menjawab dengan enteng tak perlu pikir panjang. Ingin menjadi dokter,presiden,polisi,perawat,artis dan lain sebagainya dijawab dengan singkat, jelas dan padat. Mungkin waktu kecil dulu pemikiran kita bekerja sebagai dokter, presiden atau polisi adalah profesi kerja yang gampang dan bergelimpang harta. Ketika sudah memasuki masa remaja, Sekolah Menengah Pertama (SMP) cita-cita yang mereka impian sejak kecil mulai berubah.
Mereka mulai labil dan tidak konsiten dengan cita-cita mereka. Masa-masa putih biru adalah masa di mana banyak remaja yang membuang waktu mereka dengan bersenang-senang dan tanpa berfikir panjang. Mungkin masa ini adalah masa kita berkelompok, ketika kelompok yang dipanuti melakukan sesuatu maka seluruh pengikutnya pun harus melakukan tindakan yang sama. Jika menolak, bersiaplah untuk celaka.
Masa ini adalah masa yang rentan, siapa yang salah mengambil langkah maka habislah masa depannya dengan sekejap mata. Pada masa ini kita harus benar-benar memiliki pendirian yang kuat dan prinsip yang tak tergoyahkan. Beruntunglah untuk orang yang karakter tegasnya sudah terbentuk sebelum memasuki masa ini, karena dia tidak mudah menerima bujukan orang lain. Masa ini adalah masa putih abu-abu. Dimana  banyak orang yang berpendapat bahwa masa putih abu-abu adalah masa yang indah bagi orang yang berada di jalan yang benar dan tidak menyimpang. Semua itu tegantung individu masing-masing.
Ujian Nasional 20 paket masih beberapa bulan lagi, namun sudah banyak siswa kelas XII khususnya yang menyiapkan segala kebutuhannya mulai dari sekarang. Mereka mulai disibukkan dengan bimbingan belajar di mana-mana, tambahan pelajaran di sekolah, belajar setiap hari hingga larut berharap nilai mereka bisa mencuat naik, berburu piagam dan yang lebih utama jadi mendadak mendekatkan diri kepada Allah. Apakah hanya itu yang mereka siapkan? Jawabanya TIDAK. Sebagian besar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMA) yang akan menghadapi Ujian Nasional pasti tergiur akan kunci jawaban yang sudah makin marak beredar. Soal belum dicetak tetapi kunci sudah beredar itu menjadi rahasia umum yang bahkan tidak tabu lagi untuk dibicarakan dan menjadi topik hangat untuk para siswa setiap harinya.
Ada beberapa orang yang mengatakan, dunia luar itu sangat kejam, hanya orang-orang hebat yang bisa melalui semuanya dengan sempurna. Berharap kesempurnaan duniawi? Kata sempurna tidak berlaku di sini. Sempurna hanya milik Allah SWT. Belum terjun ke dunia masyarakat tetapi sudah menggunakan cara yang tidak halal. Salah satunya membeli kunci jawaban yang dijual dengan harga cukup tinggi. Sebenarnya hal ini menimbulkan banyak hal negatif. Terbunuhnya karekter generasi muda, mematikan rasa percaya diri. Kalau karakter sudah terbunuh bersiaplah hancur Indonesia untuk beberapa tahun kedepan.
Orang yang berbahaya itu adalah orang yang pintar tetapi karakternya telah mati. Sebenarnya semua oarang yang dilahirkan itu memiliki karakter, namun semua tinggal orang tersebut bisa mengaktifkan karekter pada dirinya atau malah menonaktifkan sendiri tanpa ia sadari. Matinya karakter bangsa menyebabkan orang mudah terhasut mudah terperdaya dan mudah terpengaruhi.
Orang yang ingin meraih sukses itu butuh proses. Ukuran sukses yang sebenarnya bukan dilihat dari profesi apa yang ia punya, jabatan apa yang sedang diduduki atau bahkan seberapa ia kaya dan bergelimpang harta. Sukses itu adalah BAHAGIA.
Banyak orang yang ingin sukses tapi tidak mau mengalami proses. Bagaikan ulat yang ingin menjadi kupu-kupu tetapi ia tidak mau memasuki masa kepompong. Semua ingin serba instan dan praktis. Tidak ada usaha dan tidak mau susah. Kebiasaan ini sudah mendarah daging, bahkan pondasi dari Indonesia juga melakukan cara yang instan untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dengan cara membeli kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan harga yang tidak murah tetapi dengan jabatan dan prospek kerja yang menjanjikan menjadi hal yang sangat mengiurkan dan diminati oleh banyak orang. Siapa yang kuasa menolak tawaran ini? Bagi orang yang beruang hal ini bukan merupakan masalah besar yang terpenting ia dapat dipandang oleh banyak orang. Kerjanya pun gampang, dengan kursi yang dibeli semunya bisa dilakukan di sana contohnya saja dapat menjadi tempat bermain game yang mengasikan atau mungkin menjadi tempat tidur sementara ketika waktu rapat berjalan untuk beberapa jam.
Lalu lupakah dengan janji yang pernah kalian haturkan waktu berkampenye dulu para anggota wakil rakyatku? Atau itu hanya janji manis belaka yang terucap dibibir saja tanpa bukti yang nyata? Dengarlah jerit kaum akar rumput. Memang pemerintah mengganggap kemiskinan di Indonesia menurun dari tahun sebelumnya. Tetapi nyatanya kemiskinan masih dirasakan oleh banyak orang di daerah terpencil dan pedesaan.
Menepati sebuah janji memang tidaklah mudah. Tetap konsisten dengan pilihan kita yang dahulu dan tak tergoda oleh gemerlep dunia pun juga merupakan hal yang tak mudah. Tetapi semua itu merupakan hal yang tak begitu sulit, apabila di dalam hati sudah bertekat bulat untuk mengangkat derajat kaum yang terpinggirkan dengan segala resiko yang terjadi. Andai aku menjadi seorang DPR-RI semua janji-janji yang terucap dari mulut aku akan aku tuliskan disebuah surat perjanjian yang disaksikan banyak orang dan berhubungan dengan hukum yang mengikat. Apabila aku hendak lalai dalam menjalankan tugas dan tidak menepati janji yang pernah aku ucapkan ketika menjadi calon anggota DPR-RI maka aku siap mendapatkan hukuman yang pantas karena hal tersebut dapat digolongkan dalam kasus penipuan perlahan-lahan akan aju hapus image “DPR Seharga 1 Milyar” dengan kerja melalui hati dan penuh tanggung jawab. Bagiku menjadi Anggota DPR adalah sebuah amanah, sehingga aku akan bekerja dengan segala kemampuan yang aku punya tanpa mencedarainya dengan sebuah kebohongan dan peningkatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar