Siapapun tak bisa membantah ataupun mengelak kalau
ditanya soal cita-cita pada masa kecil dulu, pasti sebagian besar menjawab
dengan enteng tak perlu pikir panjang. Ingin menjadi
dokter,presiden,polisi,perawat,artis dan lain sebagainya dijawab dengan singkat,
jelas dan padat. Mungkin waktu kecil dulu pemikiran kita bekerja sebagai
dokter, presiden atau polisi adalah profesi kerja yang gampang dan bergelimpang
harta. Ketika sudah memasuki masa remaja, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
cita-cita yang mereka impian sejak kecil mulai berubah.
Mereka mulai labil dan tidak konsiten dengan cita-cita mereka. Masa-masa putih biru adalah masa di mana banyak remaja yang membuang waktu mereka dengan bersenang-senang dan tanpa berfikir panjang. Mungkin masa ini adalah masa kita berkelompok, ketika kelompok yang dipanuti melakukan sesuatu maka seluruh pengikutnya pun harus melakukan tindakan yang sama. Jika menolak, bersiaplah untuk celaka.
Mereka mulai labil dan tidak konsiten dengan cita-cita mereka. Masa-masa putih biru adalah masa di mana banyak remaja yang membuang waktu mereka dengan bersenang-senang dan tanpa berfikir panjang. Mungkin masa ini adalah masa kita berkelompok, ketika kelompok yang dipanuti melakukan sesuatu maka seluruh pengikutnya pun harus melakukan tindakan yang sama. Jika menolak, bersiaplah untuk celaka.
Masa ini adalah masa yang rentan, siapa yang salah
mengambil langkah maka habislah masa depannya dengan sekejap mata. Pada masa
ini kita harus benar-benar memiliki pendirian yang kuat dan prinsip yang tak
tergoyahkan. Beruntunglah untuk orang yang karakter tegasnya sudah terbentuk
sebelum memasuki masa ini, karena dia tidak mudah menerima bujukan orang lain.
Masa ini adalah masa putih abu-abu. Dimana banyak orang yang berpendapat bahwa masa putih
abu-abu adalah masa yang indah bagi orang yang berada di jalan yang benar dan
tidak menyimpang. Semua itu tegantung individu masing-masing.
Ujian Nasional 20 paket masih beberapa bulan lagi,
namun sudah banyak siswa kelas XII khususnya yang menyiapkan segala
kebutuhannya mulai dari sekarang. Mereka mulai disibukkan dengan bimbingan
belajar di mana-mana, tambahan pelajaran di sekolah, belajar setiap hari hingga
larut berharap nilai mereka bisa mencuat naik, berburu piagam dan yang lebih
utama jadi mendadak mendekatkan diri kepada Allah. Apakah hanya itu yang mereka
siapkan? Jawabanya TIDAK. Sebagian besar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMA)
yang akan menghadapi Ujian Nasional pasti tergiur akan kunci jawaban yang sudah
makin marak beredar. Soal belum dicetak tetapi kunci sudah beredar itu menjadi
rahasia umum yang bahkan tidak tabu lagi untuk dibicarakan dan menjadi topik
hangat untuk para siswa setiap harinya.
Ada beberapa orang yang mengatakan, dunia luar itu
sangat kejam, hanya orang-orang hebat yang bisa melalui semuanya dengan
sempurna. Berharap kesempurnaan duniawi? Kata sempurna tidak berlaku di sini.
Sempurna hanya milik Allah SWT. Belum terjun ke dunia masyarakat tetapi sudah
menggunakan cara yang tidak halal. Salah satunya membeli kunci jawaban yang
dijual dengan harga cukup tinggi. Sebenarnya hal ini menimbulkan banyak hal
negatif. Terbunuhnya karekter generasi muda, mematikan rasa percaya diri. Kalau
karakter sudah terbunuh bersiaplah hancur Indonesia untuk beberapa tahun
kedepan.
Orang yang berbahaya itu adalah orang yang pintar
tetapi karakternya telah mati. Sebenarnya semua oarang yang dilahirkan itu
memiliki karakter, namun semua tinggal orang tersebut bisa mengaktifkan
karekter pada dirinya atau malah menonaktifkan sendiri tanpa ia sadari. Matinya
karakter bangsa menyebabkan orang mudah terhasut mudah terperdaya dan mudah
terpengaruhi.
Orang yang ingin meraih sukses itu butuh proses.
Ukuran sukses yang sebenarnya bukan dilihat dari profesi apa yang ia punya,
jabatan apa yang sedang diduduki atau bahkan seberapa ia kaya dan bergelimpang
harta. Sukses itu adalah BAHAGIA.
Banyak orang yang ingin sukses tapi tidak mau
mengalami proses. Bagaikan ulat yang ingin menjadi kupu-kupu tetapi ia tidak
mau memasuki masa kepompong. Semua ingin serba instan dan praktis. Tidak ada
usaha dan tidak mau susah. Kebiasaan ini sudah mendarah daging, bahkan pondasi
dari Indonesia juga melakukan cara yang instan untuk mendapatkan apa yang dia
mau. Dengan cara membeli kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan harga yang
tidak murah tetapi dengan jabatan dan prospek kerja yang menjanjikan menjadi
hal yang sangat mengiurkan dan diminati oleh banyak orang. Siapa yang kuasa
menolak tawaran ini? Bagi orang yang beruang hal ini bukan merupakan masalah besar
yang terpenting ia dapat dipandang oleh banyak orang. Kerjanya pun gampang,
dengan kursi yang dibeli semunya bisa dilakukan di sana contohnya saja dapat
menjadi tempat bermain game yang mengasikan atau mungkin menjadi tempat tidur
sementara ketika waktu rapat berjalan untuk beberapa jam.
Lalu lupakah dengan janji yang pernah kalian haturkan
waktu berkampenye dulu para anggota wakil rakyatku? Atau itu hanya janji manis
belaka yang terucap dibibir saja tanpa bukti yang nyata? Dengarlah jerit kaum
akar rumput. Memang pemerintah mengganggap kemiskinan di Indonesia menurun dari
tahun sebelumnya. Tetapi nyatanya kemiskinan masih dirasakan oleh banyak orang
di daerah terpencil dan pedesaan.
Menepati sebuah janji memang tidaklah mudah. Tetap
konsisten dengan pilihan kita yang dahulu dan tak tergoda oleh gemerlep dunia
pun juga merupakan hal yang tak mudah. Tetapi semua itu merupakan hal yang tak
begitu sulit, apabila di dalam hati sudah bertekat bulat untuk mengangkat
derajat kaum yang terpinggirkan dengan segala resiko yang terjadi. Andai aku
menjadi seorang DPR-RI semua janji-janji yang terucap dari mulut aku akan aku
tuliskan disebuah surat perjanjian yang disaksikan banyak orang dan berhubungan
dengan hukum yang mengikat. Apabila aku hendak lalai dalam menjalankan tugas
dan tidak menepati janji yang pernah aku ucapkan ketika menjadi calon anggota
DPR-RI maka aku siap mendapatkan hukuman yang pantas karena hal tersebut dapat
digolongkan dalam kasus penipuan perlahan-lahan akan aju hapus image “DPR
Seharga 1 Milyar” dengan kerja melalui hati dan penuh tanggung jawab. Bagiku
menjadi Anggota DPR adalah sebuah amanah, sehingga aku akan bekerja dengan
segala kemampuan yang aku punya tanpa mencedarainya dengan sebuah kebohongan
dan peningkatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar